OPINI

Detail Opini Guru

Melek Baca Tulis

Senin, 19 Mei 2025 23:43 WIB
57 |   -

Saat ini literasi seolah virus yang menjangkiti berbagai sekolah di Indonesia. Literasi yang berarti kemampuan membaca dan menulis (melek baca tulis). Berawal dari kota Surabaya yang mendeklarasikan diri sebagai kota literasi pada 2 Mei 2014 silam, kemudian seorang tokoh pegiat literasi Satria Dharma, mencetuskan adanya GLS (Gerakan Literasi Sekolah). Hingga keadaan ini mendorong Menteri Pendidikan untuk menjadikan membaca dan menulis menjadi gerakan nasional di tahun 2015.

 

Lalu mengapa ada literasi?

Taufik Ismail pernah mengatakan di Indonesia terjadi TRAGEDI NOL BUKU: tidak ada kewajiban membaca buku sastra di tingkat SMA dan keadaan ini sangatlah berbeda dengan negara-negara lain. Sementara buku teks adalah instan. Buku yang dibuat agar anak memahami berbagai teori secara cepat.

 

 

Mengapa harus sekolah berbasis literasi?

Sekolah lebih peduli muridnya memakai alas kaki apa, memakai pakaian apa, daripada berapa buku yang dibacanya. Murid memakai sandal jepit, kaos oblong dilarang masuk, tetapi murid yang tidak membaca buku tidak mendapat hukuman apapun.

Membaca dan menulis merupakan jantungnya pendidikan. Ketika siswa gemar membaca dan menulis maka secara otomatis pendidikan akan maju dan berkembang.

 

Bagaimana menciptakan sekolah berbasis literasi?

  1. Pertama adalah terletak di pemangku kebijakan. Kita menengok sejenak kesadaran Wali Kota Surabaya yang merealaisasikan Surabaya menjadi kota literasi pertama di Indonesia. Ketika seorang pemimpin berani mengambil keputusan ini, dan kemudian mewajibkan seluruh sekolah di Surabaya harus memunyai progam literasi. Jadi, desaklah pengambil kebijakan untuk menjadikan membaca dan menulis sebagai prioritas.
  2. Bangun perpustakaan yang memadai, perpustakaan yang menarik untuk dikunjungi oleh murid setiap saat. Bukan perpustakaan yang hanya digunakan sebagai tempat meminjam buku, tempat murid bermalas-malasan jika tidak ada kegiatan belajar mengajar, dan tempat buku bekas.
  3. Mengadakan progam yang mendukung seperti tantangan membaca, memilih duta literasi, mengumpulkan karya murid dan membukukannya, perpustakaan kelas, menghidupkan mading, serta kunjungan jurnalistik.

 

Sejauh mana, progam literasi di SMA Negeri 1 Kalitidu?

Mengenalkan literasi di sekolah itu gampang-gampang susah, di SMA Negeri 1 Kalitidu sendiri progam literasi yang sudah berjalan adalah kunjungan perpustakaan dan tantangan membaca buku non pelajaran di beberapa kelas.

 

Lalu kapan SMA Negeri 1 Kalitidu menjadi garda depan sekolah berbasis literasi di Bojonegoro?

Pertanyaan yang satu ini saya belum bisa menjawabnya. Inilah yang menjadi tugas kita bersama, menumbuhkan kesadaran akan pentingnya literasi.

Salam literasi!

 

Cah SMANSAKA yo seneng maca lan nulis kudune!

 

Penulis

Mira Ayu Setya Rini

pernah lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional dengan judul “Mahasiswa Pendamping Literasi Sekolah untuk Surabaya Kota Literasi”

 

Sumber pendukung:

Artikel Tragedi Nol Buku dan Sistem Pendidikan Kita

Buku A Full Year of Literacy (catatan akhir tahun 2015: Satria Dharma)


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini